Kamis, 31 Januari 2013

MODEL PENGEMBANGAN INTUKSIONAL KEMAMPUAN


NAMA        : Mohammada Nur
NIM           : 411 409 074
KELAS       : Matematika C
TUGAS        : Perencanaan Pengajaran Matematika
ANGKATAN : 2009

MODEL PENGEMBANGAN INTRUKSIONAL KEMAMPUAN
A.    Definisi Model Pengembangan Instruksional
Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengembangan sistem intruksional ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman. Pengamatan yang sesama dan percobaan yang terkendali. Sedangkan menurut Twelker, Pengembangan instruksional ialah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangakan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan cara-cara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu.
B. Model-model Pengembangan Instruksional Kemampuan
1. Penedekatan Sistem (sistemis)
Ø   Menurut Kaufman (1979) ada 6 langkah dalam perencanaan yang sistematis, yaitu :
1.      Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan
2.      Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya
3.      Pilih strategi pemecahannya
4.      Melaksanakan strategi yang telah dipilih untuk mencapai hasil yang diharapkan
5.      Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi
6.      Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut

Ø   Kelemahan dari model di atas adalah :
1.      Menghabiskan waktu, biaya dan tenaga
2.      Keadaan bisa berubah saat proses sedang berjalan

2. Model Gagne dan Briggs (1974)
Ada 12 langkah dalam pengembangan insruksional, yaitu:
1.      Analisis dan identifikasi kebutuhan.
2.      Penetapan tujuan umum dan khusus.
3.      Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan.
4.      Merancangn komponen sistem.
5.      Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.      Kegiatan untuk mengatasi kendala.
7.      Memilih atau mengembangkan materi pelajaran.
8.      Merancang prosedur penelitian murid.
9.      Uji coba lapangan: evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10.  Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut.
11.  Evaluasi sumatif.
12.  Pelaksanaan operasional.

Model dia atas merupakan model yang paling lengkap. Kegiatan seperti ini sangat cocok dilakukan untuk suatu program pendidikan yang baru. Di Indonesia keseluruhan prosedur mencakup mulai dari pengembangan kurikulum, GBPP dan sarana pelajaran. Dalam praktek di sekolah para guru telah menerima kurikulum dan GBPP dari pusat (tingkat nasional), untuk itu model ini tidak dapat diterapkan.

3. Model Wong dan Raulsen (1974)
Ada 6 langkah model pengembangan instruksional menurut Wong dan Raulsen, yaitu:
1.      Merumuskan tujuan
2.      Menganalisis tujuan tugas belajar
3.      Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisis belajar yang tepat.
4.      Memilih metode dan media.
5.      Mensistesiskan komponen-komponen pengajaran.
6.      Merencanakan rencana, mengevakuasi, dan memberi umpan balik.

4. Model Kibler, Barker dam Miles (1970)
Ada 4 langkah model pengembangan instruksional menurt Kibler dkk, yaitu:
1.      Tujuan Instruksional
2.      Kajian awal Umpan balik
3.      Prosedur pengajaran
4.      Evaluasi

5. Model PSSI / Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (1975)
PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untukmencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.
Model PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
1.      Merumuskan Tujuan Instuksional Khusus
·         Dalam merumuskan TIK ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
a.       Benggunakan istiliah yang operasional.
b.      Berbentuk hasil belajar.
c.       Berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
d.      Dalam satu TIK hanya memuat satu perubahan tingkah laku.
·         Sedangkan meurut Magerm TIK hendaknya mengandung unsur-unsur berikut:
a.       Berorientasi kepada peserta didik.
b.      Pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik (perfomance)
c.       Dalam kondisi yang bagaimana peserta didik diharapkan melakukan tingkah laku tersebut (conditins)
d.      Kriteria dari kemampuan dan keterampilan yang dikehendaki (criterion)
2.      Mengembangkan alat evaluasi
Fungsi evaluasi ini adalah untuk menikai sampai di mana peserta didik telah mencapai TIK yang dirumuskan. Pengembangan alat evaluasi ini ditetapkan pada tahap ke dua, dengan pertimbangan:
a.       Penilaian terhadap sistem instruksioanal didasarkan pada hasil yang dicapai.
b.      Untuk mengecek TIK dapat diukur atau tidak dalam rangka perbaikan.
·      Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah:
a.       Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur tercapai tidaknya TIK.
b.      Menyusun butir tes (item soal) untuk menilai masing-masing TIK.
c.       Menetapakan kegiatan belajar dan materi pelajaran
·         Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:
a.       merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai TIK.
b.      Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh.
c.       Menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh.
d.      Menetapkan materi pelajaran.
e.       Merencanakan program kegiatan
·         Dalam tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan strategi belajar mengajar, termasuk metode yang digunakan
b.      Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan digunakan.
c.       Menyusun jadwal penyajian.
d.      Melaksanakan program
·         Dalam melaksanakan program, kegiatan yang harus ditempu adalah:
a.       Menyelenggarakan pre-tes
b.      Menyajikan materi pelajaran
c.       Menyelenggarakan pos-tes
d.      Melakukan revisi (perbaikan).

C.    Kesimpulan
            Dari materi diatas dapat disimpulkan, bahwa Model pengembangan intruksional kemampuan yaitu proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi yang diajarkan.

            Model pengembangan intruksional kemampuan dapat di bagi dalam beberapa model, antar lain;
1.   Penedekatan Sistem (sistemis)
2. Model Gagne dan Briggs (1974)
3. Model Wong dan Raulsen (1974)
4. Model Kibler, Barker dam Miles (1970)
5. Model PSSI / Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (1975)



DAFTAR PUSAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar