NAMA :
Mohammada Nur
NIM :
411 409 074
KELAS :
Matematika C
TUGAS :
Perencanaan Pengajaran Matematika
ANGKATAN :
2009
MODEL PENGEMBANGAN
INTRUKSIONAL KEMAMPUAN
A. Definisi
Model Pengembangan Instruksional
Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengembangan sistem
intruksional ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku
pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan
senantiasa didasarkan pada pengalaman. Pengamatan yang sesama dan percobaan
yang terkendali. Sedangkan menurut Twelker, Pengembangan instruksional
ialah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangakan dan
mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Ada dua proses pengembangan, pertama ialah
pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran
disusun berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan
pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada langkah-langkah
secara sistem : cara mencapainya dipilihkan cara-cara tertentu, kondisi
tertentu, dan perubahan tertentu.
B. Model-model Pengembangan Instruksional Kemampuan
1.
Penedekatan Sistem (sistemis)
Ø Menurut Kaufman (1979) ada 6 langkah dalam perencanaan
yang sistematis, yaitu :
1. Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan
2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya
3. Pilih strategi pemecahannya
4. Melaksanakan strategi yang telah dipilih untuk mencapai
hasil yang diharapkan
5. Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan
evaluasi
6. Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses
tersebut
Ø Kelemahan dari model di atas adalah :
1. Menghabiskan waktu, biaya dan tenaga
2. Keadaan bisa berubah saat proses sedang berjalan
2.
Model Gagne dan Briggs (1974)
Ada 12 langkah dalam pengembangan insruksional, yaitu:
1. Analisis dan identifikasi kebutuhan.
2. Penetapan tujuan umum dan khusus.
3. Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan.
4. Merancangn komponen sistem.
5. Analisis
(a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c)
kendala-kendala.
6. Kegiatan untuk mengatasi kendala.
7. Memilih atau mengembangkan materi pelajaran.
8. Merancang prosedur penelitian murid.
9. Uji coba lapangan: evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut.
11. Evaluasi sumatif.
12. Pelaksanaan operasional.
Model dia atas merupakan model yang paling lengkap.
Kegiatan seperti ini sangat cocok dilakukan untuk suatu program pendidikan yang
baru. Di Indonesia keseluruhan prosedur mencakup mulai dari pengembangan
kurikulum, GBPP dan sarana pelajaran. Dalam praktek di sekolah para guru telah
menerima kurikulum dan GBPP dari pusat (tingkat nasional), untuk itu model ini tidak dapat diterapkan.
3.
Model Wong dan Raulsen (1974)
Ada 6 langkah model pengembangan instruksional menurut
Wong dan Raulsen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan
2. Menganalisis tujuan tugas belajar
3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisis
belajar yang tepat.
4. Memilih metode dan media.
5. Mensistesiskan komponen-komponen pengajaran.
6. Merencanakan rencana, mengevakuasi, dan memberi umpan
balik.
4.
Model Kibler, Barker dam Miles (1970)
Ada 4 langkah model pengembangan instruksional menurt
Kibler dkk, yaitu:
1. Tujuan Instruksional
2. Kajian awal Umpan balik
3. Prosedur pengajaran
4. Evaluasi
5.
Model PSSI / Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (1975)
PPSI adalah suatu
langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem
dalam rangka untukmencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.
Model PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
1. Merumuskan Tujuan Instuksional Khusus
·
Dalam
merumuskan TIK ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Benggunakan istiliah yang operasional.
b. Berbentuk hasil belajar.
c. Berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
d. Dalam satu TIK hanya memuat satu perubahan tingkah laku.
·
Sedangkan
meurut Magerm TIK hendaknya mengandung unsur-unsur berikut:
a. Berorientasi kepada peserta didik.
b. Pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik (perfomance)
c. Dalam kondisi yang bagaimana peserta didik diharapkan
melakukan tingkah laku tersebut (conditins)
d. Kriteria dari kemampuan dan keterampilan yang dikehendaki
(criterion)
2. Mengembangkan alat evaluasi
Fungsi evaluasi ini adalah untuk menikai sampai di mana
peserta didik telah mencapai TIK yang dirumuskan. Pengembangan alat evaluasi
ini ditetapkan pada tahap ke dua, dengan pertimbangan:
a. Penilaian terhadap sistem instruksioanal didasarkan pada
hasil yang dicapai.
b. Untuk mengecek TIK dapat diukur atau tidak dalam rangka
perbaikan.
· Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan alat
evaluasi ini adalah:
a. Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur
tercapai tidaknya TIK.
b. Menyusun
butir tes (item soal) untuk menilai masing-masing TIK.
c. Menetapakan kegiatan belajar dan materi pelajaran
·
Kegiatan
yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:
a. merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk
mencapai TIK.
b. Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh.
c. Menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh.
d. Menetapkan materi pelajaran.
e. Merencanakan program kegiatan
·
Dalam
tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan strategi belajar mengajar, termasuk metode
yang digunakan
b. Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang
akan digunakan.
c. Menyusun jadwal penyajian.
d. Melaksanakan program
·
Dalam
melaksanakan program, kegiatan yang harus ditempu adalah:
a. Menyelenggarakan pre-tes
b. Menyajikan materi pelajaran
c. Menyelenggarakan pos-tes
d. Melakukan revisi (perbaikan).
C.
Kesimpulan
Dari
materi diatas dapat disimpulkan, bahwa Model pengembangan intruksional kemampuan yaitu proses
menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi
sehingga terjadi perubahan perilaku pengembangan sistem ini memerlukan
pemantauan interaksi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi
yang diajarkan.
Model
pengembangan intruksional kemampuan dapat di bagi dalam beberapa model, antar
lain;
1. Penedekatan
Sistem (sistemis)
2. Model Gagne dan Briggs (1974)
3. Model Wong dan Raulsen (1974)
4. Model Kibler, Barker dam Miles (1970)
5. Model PSSI / Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (1975)
DAFTAR
PUSAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar